Thursday, July 9, 2015

COBAAN MENJADI SEKSI BAHASA OSMYQ



Senin, 15 Juli 2013 M/6 Ramadlan 1434H

Hari ini saya mendapat musibah. Tepatnya cobaan menjadi qismil lughoh OSMYQ (sebelum namanya diganti menjadi kementerian). Tadi pada waktu recess, Barok berbahasa Indonesia. Refleks telingaku langsung mengirim sinyal untuk mencari pulpen dan kertas. Setelah ku dapat, aku langsung menulis nama-nama yang melanggar bahasa pada hari ini, jadi tidak hanya Barok. Tiba-tiba dari arah belakang, Barok mengintai yang sedang ku lakukan. “Wah, ghoiru jiddan. Ana maktub.”selorohnya. Sontak dia ingin mengambil kertas kecilku yang berisi daftar language tresspasser. Tapi gerakanku lebih cepat darinya. Gagallah dia merebut kertasku.

Tidak sampai di situ saja, dia langsung mengambil tipe-x ku. Aku tidak mau kalah, aku langsung merebutnya. Ketika aku hendak merebut, ia menjorokkan bandannya ke depan seakan-akan akan menghantamku dengan bodi dan tanganya yang super jumbo. Begitu aku tahu dia amat benci padaku dana amat ingin memukulku, aku langsung mengambil inisiatif untuk melaporkan hal ini ke ust. Shiddiq selaku guru BK. Kayaknya dia takut. Buktinya dia langsung menghadangku di depan pintu kelas. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya, tapi usahaku tak berbuah ditambah ust. Nurul Huda selaku pengajar mata pelajaran Biologi sudah datang. Aku urungkan niatku dan aku kembali ke tempat dudukku. Tapi dadaku masih terasa panas bergelora. Aku merencanakan untuk keluar di tengah-tengah pelajaran, tapi untuk izin apa ya? Aku bingung. Aku tidak ingin berbohong, apalagi ini bulan Ramadlan di mana semua amal kebaikan dilipatgandakan oleh Allah S. W. T. Sambil memerhatikan perkenalannya ust. Nurul Huda sebagai ustadz baru yang menggantikan ustadz Said Arifatul Hakim yang ditarik oleh sekolah lain sebagai kepala sekolah, aku terus memikirkan izin keluarnya. Tiba-tiba di tengah pelajaran, dadaku dan hatiku terasa tenang tanpa ada masalah apapun bak seember air panas yang dicelupkan 10 kg bongkahan es. Akhirnya, ku urungkan niatku untuk izin keluar kelas dan mengadukan hal tadi ke ust. Shiddiq.

Selain mendapat musibah, aku mendapat tantangan menjadi imam tarawih sepondok di lapangan badminton. Walaupun sebelumnya saya telah menjadi imam tarawih di kamar 5 kemarin, itu tidak membuat hatiku tenang. Jantungku terasa berdegup kencang setelah adzan dan iqomat dikumandangkan. Sialnya, di saat genting seperti ini aku malah kebelet kencing. Gawat. Akhirnya aku pasrah saja dan berdoa semoga saya bisa menahannya sampai selesai nanti.

Assalamu’alaikum warahmatullah, assalamu’alaikum warahmatulah.” seruku lega. Fiuuuhhh. Akhirnya, tak ada hambatan berarti yang menghalangi langkahku. Setelah menunaikan shalat witir satu rakaat, aku membaca doa witir yang diberikan oleh Luckyta selaku koordinator departemen pengajaran dan diamini oleh jama’ah. Rasanya hatiku lega banget, sumpah. Uniknya, setelah halaqoh malam aku mendapatkan 3 jawaban berbeda dari 3 orang berbeda juga mengenai kecepatan tarawihku. Fathil Kamil sebagai orang pertama menyatakan medium, disusul Fajrul yang mengatakan lama, dan yang terakhir Ulum yang menjawab cepat. Unik bukan? Walaupun saya bingung mana yang benar.

0 comments:

Post a Comment