Wednesday, July 8, 2015

BATTLE SPEECH IN GONTOR VISIT TIME 2013


Rabu, 3 Juli 2013


            “Pengalaman yang tidak terlupakan.” ucapku. Saat itu, aku ditunjuk oleh ust. Manshur sebagai English Speaker dalam lawatan Gontor yang kedua pada Rabu, 3 Juli 2013. Untung materi telah aku siapkan sebulan yang lalu. Jadi aku hanya memperbaiki gesture dan mental saat tampil. Di saat genting seperti itu, tak ada seorang pun yang memperbaiki speech-ku, gesture-ku, dll. Kecuali Faid yang memberikan sedikit arahan kepadaku agar tidak terlalu cepat (pelafalan speech-nya) agar tidak terlihat menghafal. Dan itu sangat berharga bagiku. Waktu itu, Faid menjadi mentornya Manadzhir. Karena dia belum memiliki persiapan apapun dengan khitobah bahasa Arabnya. Selain itu, Faid juga mantan first arabic speaker dalam lawatan Gontor yang pertama tahun kemarin.
             Sebelum tampil, dua speaker utusan Gontor (English and Arabic) menunjukkan kebolehannya. Nah ketika saya mengamati tata cara berbicara, gesture, pelafalan, dan intonasinya, perasaan minder dalam diriku muncul juga akhirnya. English speaker dari Gontor bersuara tegas dan meyakinkan. Sedangkan aku? Sudah tidak ada yang mengoreksi, suaraku tidak seberapa dengannya, beban menjadi the best english speaker juga saya pikul. Sedangkan aku hanya seorang diri. Pengalaman tahun lalu yang menjadikan saya dibebani menjadi the best english speaker dalam lawatan Gontor tahun ini. Ya, kakak kelas saya, Dzikri, yang menjadi english speaker  dalam kunjungan pondok modern darussalam Gontor yang pertama gagal dalam dalam melaksanakan tugasnya. Dia blank, grogi, serta lupa pada teks speech yang dihafalkannya. Berbeda dengan mentornya Manadzhir, Faid yang menunjukkan kelasnya. Dia tampil percaya diri bak asli orang arab dengan pidato yang lancar dan pelafalan yang fasih ditambah intonasi khasnya yang menjadikan tampilannya memukau para santri Gontor kelas 6 (setara dengan kelas XII) tahun kemarin). Itu juga alasan utama mengapa dia menjadi mentornya Manadzhir.

            Aku tak mau mengecewakan ustadz Manshur dan PTYQM-ku tercinta ini. Aku ingin membuktikan bahwa PTYQM ini yang baru berdiri 3 tahun dapat mengalahkan Gontor yang sudah berdiri hampir satu abad lamanya. Aku berusaha tampil dengan semaksimal mungkin, mengeluarkan semua yang aku bisa, bersuara tegas, melihat ke audiens, serta melafalkan pidato dengan pronounciation yang tepat, cepat, serta dipadu dengan gesture dan intonasi yang aku bisa. Aku harap itu cukup menggembirakan ustadz Manshur walaupun aku tidak memiliki mentor.

            Alhamdulillah, ternyata hasilnya melebihi dari ekspektasiku. Ust. Manshur memuji kami (Aku dan Manadzhir) ketika acara pekan iftitah. “Inilah di Menawan. Anak Menawan yang baru tiga tahun sudah bisa mengalahkan anak Gontor yang sudah 6 tahun. Ini luar biasa, sampai saya mengirim SMS-SMS ke teman-teman termasuk pak Cipto selaku organizer di Yayasan Arwaniyyah.” puji ust. Manshur panjang lebar. Seluruh santri pun bertepuk tangan. Ucapan selamat langsung dilontarkan oleh Luckyta yang kebetulan duduk di samping kananku.

0 comments:

Post a Comment