Sabtu, 20 Juli 2013 M / 11 Ramadlan 1434 H
Waktu
sahur tadi, kami (mudabbir +kelas VII
dan kelas X santri baru) bangun pukul 2.45 a.m. TELAT! Yang membangunkan pun
bukan alarm ku, tapi Zindan Izzanov dari komplek bawah. Aku kaget bukan
kepalang plus bingung. Aku coba berpikir kenapa alarmnya kagak nyala. “Nata
kursi, gelar sajadah, lepas peci, ngambil alarm terus taruh atas meja, baring
badan, ngecek waktu alarm, taruh di selorok meja. OH NO! I forgot to switch on the alarm. (Oh tidak! Aku lupa menyalakan
alarmnya). Hu…….hu……..hu…….
Kayaknya
aku sedang dapat cobaan dari Allah lagi deh. Buktinya, aku dicemooh oleh
kawan-kawan saya di kelas X yang baru ini. Khususnya *A**A*, dia terlihat benci
banget sama aku. Bukannya Su’udzhon,
tapi kenyataannya memang begitu. Misalnya ketika dia mengatakan “Wahai orang-orang
yang mangap, mingkemlah!”. Terus dia juga susah diatur ketika tidur, sering
berbahasa jawa, padahal dia sendiri seksi bahasa kamar. Bukan hanya dia aja yang begitu, ada juga
seperti A**A* dan ***A. NASIB. Padahal baru saja memulai perjalanan baru di
kelas X, tapi sudah ada musuh menghadang. Aku piker apa karena language? Mungkin, memang rata-rata
orang di pondok ini kalau benci padaku pasti karena ketegasanku dalam
menegakkan kedisiplinan bahasa di pondok ini. Itulah resiko menjadi seksi
bahasa. Aslinya sih aku sudah punya wacana untuk pindah ke departemen lain
kecuali departemen Humas, karena pekerjaanya mengganggu aktifitas di hari
sambangan (own opinion). Tapi karena
banyak teman-teman yang bilang aku cocok di lughoh
(khususnya dari ketua OSMYQ, Muzajjad Faqihuddin), maka aku tetap di departemen
bahasa. Asalnya bukan karena aku dibilang cocok, tapi karena tidak ada satupun
orang yang mau mengisi di pos ini. Karena pos ini memang berat. Selain harus
mahir dalam bahasa Arab dan Inggris, juga dituntut untuk berani mengingatkan
santri termasuk temannya sendiri untuk berbahasa jika mereka melanggar.
Termasuk juga menghukumnya. Bukan hanya daya intelijensi aja yang dibutuhkan,
tapi juga mental yang kuat. Siap-siap saja menambah musuh. Padahal aku sendiri
tidak mau, tapi mau bagaimana lagi. Ya sudah, aku pasrahkan kepada Allah S. W.
T. Semoga Allah memberikan kemudahan setelah kesulitan ini. Aku tidak mau
cita-cita hadratussyaikh pendiri
pondok Menawan sirna hanya karena bahasa di Menawan tidak jalan.
Malam
ini, aku sedikit bangga. Selain diperbolehkan menyaksikan pertandingan antara
Indonesia XI v Liverpool, kami dibuat kagum oleh anak asuh Jacksen F. Thiago,
pelatih Indonesia XI. Walaupun kalah 2-0 dari Liverpool, Indonesia lebih
trengginas dan terorganisir dalam hal penyerangan dan bertahan daripada ketika
menjamu Arsenal di SUGBK pecan kemarin. Saat itu, Indonesia seperti diajari
main bola oleh Arsenal. Diserang habis-habisan tanpa ampun. Tanpa belas kasih,
Indonesia dibabat 7 gol tanpa balas oleh Arsenal. Ya ampun, ngeri!
Bukan
tanpa kendala kita nonton bareng Indonesia XI v Liverpool. Siarannya kurang
jelas karena antenanya jelek ditambah kabel sound
speaker-nya raib. Benar-benar tersiksa. Alhasil, kita tidak bisa melihat
aktifitas para pemain Liverpool menyapa fans-nya
setelah pertandingan usai.
0 comments:
Post a Comment