Kamis, 25 Juli 2013
M / 16 Ramadlan 1434 H
Tadi malam, aku dapat berita buruk.
Kamera yang aku titipkan ke ust. Ari tidak dapat diperbaiki. Tubuhku langsung
lemas. Hatiku sedih sekali mendengar pernyataan itu. Jantungku berdegup kencang
tak karuan. Aku tak tahu bagaimana mengawali pembicaraan dengan orang tuaku
nanti. Aku tahu, pasti mereka sedih sekali melihat kamera adikku yang sudah
tidak berfungsi lensanya.Ya hanya lensanya saja, screen-nya tidak. Lensanya
tidak dapat keluar ketika dihidupkan kameranya. Tapi untuk melihat hasil
jepretan masih bisa, karena layarnya masih berfungsi. Kecelakaan ini berawal
dari kamera ini yang terbanting oleh Nahdi saat pelajaran kursus bahasa Inggris
di Pare kemarin. Dia juga tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan ini.
Aku berjalan gontai keluar dari lab. komputer. Aku masih terus berpikir bagaimana mengawali pembicaraan tentang kamera nanti. “Umi, kameranya rusak.”, “Umi, maaf ya kameranya rusak.”, “Umi, kameranya tidak bisa diperbaiki.”, “Umi, ada berita buruk, tapi Umi jangan kaget dulu. Dengarkan ceritanya Mas.”. Kalimat-kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di otakku. Setelah berdebat panjang, akhirnya aku sepakat dengan kalimat terakhir.
0 comments:
Post a Comment